Senin, 28 September 2015

Persiapan latihan

Persiapan latihan
Didalam mempersiapkan suatu bentuk latihan, diperlukan kerjasama yang matang dengan berbagai macam pihak, serta perencanaan matang dengan pelaksanaan latihan yang intensif dan progresif. Faktor yang perlu diperhatikan di dalam persiapan latihan adalah : informasi atau data pendaki, tujuan pendakian, tujuan latihan, bentuk latihan yang akan digunakan, evaluasi hasil latihan. Faktor-faktor tersebut merupakan suatu siklus daur ulang hingga mencapai hasil yang maksimal.

Informasi atau data pendaki
Sebelum latihan diberikan, maka diperlukan informasi yang lengkap terlebih dahulu terhadap pendaki yang hendak melakukan pendakian yang berskala besar dan lama. Dengan adanya data informasi tersebut diharapkan akan diketahui kondisi kesehatan, usia, jenis kelamin dan lain sebagainya.

Tujuan pendakian
Perlu diketahui tujuan gunung yang akan didaki baik ketinggian gunung. Keadaan alamnya ataupun lainnya yang dapat berkaitan dengan rencana ke gunung tersebut. Hal ini akan menentukan bentuk-bentuk latihan fisik serta berapa lama latihan tersebut akan berlangsung.

Tujuan latihan
Tujuan latihan ini ditentukan berdasarkan data pendaki dan ketinggian gunung yang akan didaki. Tujuan ini harus dibuat bertingkat, yaitu dari tipe umum (general endurance) sampai ketingkat khusus, yaitu latihan otot tertentu, agar latihan mencapai hasil yang maksimal.

Bentuk latihan
Latihan yang dipergunakan berdasarkan kebutuhan dengan berpedoman informasi pendaki, tujuan pendakian, serta tujuan latihan.

Pengukuran sebelum dan sesudah latihan
Pengukuran ini berguna untuk :
1. Mengetahui kondisi fisik pendaki sebelum memulai latihan
2. Penempatan pada kelompok yang sama
3. Menentukan beban awal latihan untuk weight training atau kecepatan lari (pace) untuk latihan interval
Sedangkan pengukuran sesudah latihan berguna untuk mengetahui apakah ada peningkatan sesudah latihan.
Dengan membandingkan hasil pengukuran sebelum dan sesudah, dapat dilihat apakah ada peningkatan pada kondisi fisik pendaki. Sehingga dari hasil ini dapat diambil keputusan boleh tidaknya pendaki tersebut melakukan pendakian yang sudah direncanakan.

Pentingnya latihan Fisik Sebelum Pendakian Gunung

Pentingnya latihan Fisik Sebelum Pendakian Gunung

Dalam setiap pendakian ada beberapa pengetahuan yang harus dimiliki oleh pendaki seperti penggunaan kompas, teknik pendakian, perlengkapan, perbekalan. Namun kesemuanya itu tidak akan ada artinya jika ditunjang oleh kemampuan fisik yang baik. Pada prinsipnya untuk mendaki gunung dibutuhkan kekuatan dan daya tahan otot tertentu, serta memiliki kapasitas VO2 Max yang baik. Hal ini perlu sekali untuk mengatasi tipisnya oksigen di daerah ketinggian, serta mengatasi beratnya beban yang dibawa (ransel).

Bagi seorang pendaki gunung, memiliki VO2 Max yang baik adalah perlu sekali, diatas 5.000 feet, kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan mulai terganggu. Sedangkan setiap kenaikan 1.000 feet setelah 5.000 feet akan menyebabkan berkurangnya kapasitas VO2 Max sebanyak 3%. Dan hal ini perlu diperhatikan oleh pendaki gunung, karena semakin tipisnya oksigen di udara akan menyebabkan HIPOKSIA, sehingga pendaki akan terkena MOUNTAIN SICKNESS dengan salah satu ciri-cirinya adalah pusing-pusing dan muntah.

Untuk pendakian diatas 4.000 mdpl, dianjurkan untuk melakukan aklimatisasi terlebih dahulu. Karena dengan aklimatisasi diharapkan terjadi perubahan FAAL didalam tubuh yang meliputi perubahan dingin perubahan penyesuaian.
1. Perubahan dini
Meliputi kenaikan ventilasi pernafasan, kenaikan denyut jantung, kenaikan kadar basa dalam darah, peningkatan HAEMOGLOBIN.
2. Perubahan penyesuaian
Meliputi penghematan, perubahan sekresi hormone, penambahan MITOKONDRIA dan penambahan enzim yang meningkatkan pernafasan.
Lamanya aklimatisasi ini tergantung pada tingginya gunung, yang tinggi dibutuhkan kapasitas V02 Max yang tinggi disamping juga kekuatan dan daya tahan otot tertentu yang baik.

Prinsip Latihan
Latihan atau training adalah suatu proses yang berlangsung secara sistematis, dilakukan secara berulang-ulang dengan kian bertambah jumlah beban latihannya (OVERLOAD TRAINING) sedangkan bentuk latihan bagi seorang pendaki gunung harus spesifik dan khusus. Pada dasarnya, energi yang akan digunakan dalam setiap kegiatan manusia berasal dari sistem aerobic dan anaerobic. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, perlu memperhatikan beberapa aspek penting, antara lain :
1. SPESIFIK
Bentuk latihan yang akan digunakan oleh pendaki gunung harus meningkatkan V02 Max, kekuatan serta daya tahan tubuh/ otot tertentu.
2. OVERLOAD PRINCIPLE
Penambahan beban pada latihan ini sangat penting sekali karena penambahan latihan yang konstan tidak akan mencapai tujuan latihan. Latihan harus dimulai dari tingkat dasar, kemudian ditingkatkan sedikit-sedikit hingga mencapai hasil yang maksimum. Jangan sekali-kali berlatih hingga melebihi kemampuan, karena ini akan mengakibatkan seseorang mengalami OVER TRAINING.
3. HARI LIBUR LATIHAN
Penyusunan jadwal latihan harus diselingi dengan hari libur dari segala kegiatan fisik, yaitu minimal 1 hari didalam satu minggu, untuk pulih asal.
4. KEMBALI MENURUN
Hasil latihan akan kembali turun ke keadaan semula apabila tidak berlatih. Oleh karena itu berlatihlah terus agar kondisi fisik yang sudah terbentuk tidak menurun kembali

Prinsip Leave No Trace

Prinsip Leave No Trace
· Perencanan dimuka dan persiapan
· Berkemah dan berpergian diatas permukaan tanah yang tahan dan awet
· Berkemaslah luar dalam (tidak hanya barang di ransel anda saja)
· Buanglah kotoran dengan benar
· Biarkan apa yang ada temukan
· Minimkan penggunakan dan akibat dari api unggun
· Latihlah diri untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan perjalanan

Leave No Trace sebenarnya lebih tergantung kepada sikap (atitude) dan kesadaran kita sebagai makhluk hidup daripada prinsip2 diatas dan aturan lainnya. Akibat minimum dari perjalanan dan berkemah harus fleksibel dan serta terpatri dengan pertimbangan dan pengalaman. Keterampilan Leave No Trace ini konsep dasarnya berlaku di hampir semua daerah hutan tropis, dan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangan petunjuk lokal Leave No Trace. Variabel seperti jenis lahan, tumbuh-tumbuhan, kehidupan rimba, tanah lapang dan jumlah serta jenis penggunaan suatu area semua hal tersebut perlu untuk dipertimbangkan ketika menentukan tehnik Leave No Trace mana yang akan diterapkan. Prisip dari Leave No Trace ini direkomendasikan sebagai tuntunan untuk meminimalkan bekas-bekas dari kehadiran kita di keindahan daerah yang dilindungi. Perjalanan anda bahkan akan lebih menyenangkan jika kita juga turut serta dalam pemeliharaan daerah liar untuk generasi yang akan datang. Prinsip Leave No Trace ini juga mendukung aturan pemerintah atau non pemerintah setempat guna melindungi daerah yang dilindungi. Temukanlah dan pelajarilah peraturan daerah yang akan dikunjungi sebelum anda memulai perjalanan.

Rencakanlah perjalanan anda dengan hati-hati agar cocok dengan tujuan dan tingkat pengetahuan outdoor anda, ini merupakan langkah yang pertama dalam PERSIAPAN. Perjalanan yang dipersiapkan dengan cermat akan lebih selamat, menyenangkan dan baik pada lingkungan. Tanyakanlah pada orang yang paham daerah tujuan mengenai keadaan medan, cuaca, peraturan dan kehidupan liar yang ada. Informasi ini akan sangat membantu anda dalam perencanaan rute anda serta juga pakaian, peralatan, air, bahan bakar dan makanan. Petugas PPH atau jagawana juga merupakan sumber informasi yang bagus tentang kebiasaan penduduk setempat. Kita juga bisa menggunakan informasi yang ada di internet.

Jika kita menyediakan sendiri makanan untuk perjalanan, rencanakan dengan hati-hati untuk mengurangi sampah yang dibawa ke alam bebas. Bungkus ulang makanan yang dipaking dengan kotak, botol dan kaleng kedalam kantong isi ulang atau kantong plastik, ini akan mengurangi berat dan tempat. Pada perjalanan ke daerah yang jauh bawalah makanan ekstra untuk persediaan jika seandainya terjadi cuaca jelek atau keterlambatan lainnya. Pakai kantong-kantong recycle yang memungkinkan.

Untuk membantu agar tidak meninggalkan jejak (Leave No Trace), bawalah peralatan yang serba guna dan hanya bawa yang benar-benar dibutuhkan. Kompor camping yang ringan dan portable shelter seperti tenda yang free standing, akan memberikan fleksibilitas dalam pemilihan tempat camping. Bawalah peralatan lain yang dapat membantu dalam kehidupan di alam bebas, termasuk memakai sepatu yang cocok, akan mejaga kaki tetap dalam kondisi yang baik. Pakaian yang sesuai dengan kondisi medan akan dapat melindungi diri dari gangguan yang ada di alam, semisal dari nyamuk atau jenis tumbuhan pengganggu lain. Untuk perlindungan tambahan terhadap serangga anda juga bisa memakai obat anti serangga. Kurangi dampak visual kita pada orang lain dengan tidak memakai pakaian yang tidak sopan.

Dengan memelihara diri sendiri dan kelompok kita saat perjalanan di alam bebas, akan menjaga kita dan mengurangi resiko kerusakan lingkungan. Berhati-hatilah saat perjalanan dan kemampuan hidup di alam bebas serta keselamatan kelompok, sehingga tetap terkontrol. Peliharalah jalur yang kita gunakan jangan biasakan potong kompas (memotong jalan setapak yang telah ada), gunakanlah peta dan kompas. Bawalah kotak P3K dan kenali cara penggunaannya. Tinggalkan copy dari rencana perjalanan anda pada orang yang anda kenal (di base camp), hal ini untuk membantu Tim SAR jika dalam perjalan terjadi kecelakaan.

Teknik Membaca Peta

Prinsipnya . " Menentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca peta dan menggunakan teknik orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan " Titik Awal : Kita harus tahu titik keberangkatan kita, balk itu di peta maupun di lapangan. Plot titik tersebut di peta dan catat koordinatnya.

Tanda Medan : Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus, aliran sungai, tebing, dll) sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan. Kenali tanda medan tersebut dengan menginterpretasikan peta.

Arah Kompas : Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai dengan arah punggungan atau sungai yang kita susuri.

Taksir Jarak : Dalam berjalan, usahakan selalu menaksir jarak dan selalu memperhatikan arah perjalanan. Kita dapat melihat kearah belakang dan melihat jumalah waktu yang kita pergunakan. Jarak dihitung dengan skala peta sehingga kita memperoleh perkiraan jarak di peta. Perlu diingat, bahwa taksiran kita itu tidak pasti.

+10' X 10' untuk peta 1 : 50.000
+ 20' X 20' untuk peta 1 : 100.000

Untuk peta ukuran 20' X 20' disebut juga LBD, sehingga pada 20' pada garis sepanjang khatulistiwa (40.068 km) merupakan paralel terpanjang.

40.068 km: (360° : 20') = 40.068 km: (360° : 1/3) = 40.068 km: (360° X 3) 40.068 km : 1080 = 37,1 km

Jadi 20' pada garis sepanjang khatulistiwa adalah 37,1 km. Jarak 37,1 km kalau digambarkan dalam peta skala 1 : 50.000 akan mempunyai jarak : 37,1 km = 3.710.000 cm. Sehingga dipeta : 3.710.000: 50.000 = 74,2 cm.

Akibatnya I LBD peta 20' x 20' skala 1 : 50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 X 74,2 cm. Hal ini tidak praktis dalam pemakaiannya.

3. Lembar Peta

Dikarenakan LBD tidak praktis pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka tiap LBD dibagi menjadi 4 bagian dengan ukuran masing-masing 10' X 10' atau 37,1 X 37,1 cm. Tiap-tiap bagian itu disebut Lembar Peta atau Sheet, dan diberi huruf A, B, C, D. Jika skala peta tersebut 1 : 50.000, maka peta itu mempunyai ukuran 50.000 X 37,1 = 1.855.000 cm = 18,55 km (1ihat gambar).

4. Penomoran Lembar Peta

a. Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta adalah 106° 48' 27,79" BT, dipakai sebagai meridian pokok untuk penornoran peta topografi di Indonesia. Jakarta sebagai grs bujur 0

b. Panjang dari Barat ke Timur = 46° 20', tetapi daerah yang dipetakan adalah mulai dari 12" sebelah barat meridian Jakarta. Daerah yang tidak dipetakan adalah : 106° 48' 27,79" BT - (12° + 46° 20' BT) = 8' 27,79", daerah ini merupakan taut sehingga tidak penting untuk pemetaan darat. Tetapi penomorannya tetap dibuat

Keterangan
+ Daerah pada petak A dituliskan sheet 1/I-A dan titik paling Utara dan paling Barat ada di Pulau Weh.
+ Cara pemberian nomor adalah dari Barat ke Timur dengn angka Arab (1,2, 3, , 139). Dari Utara ke Selatan dengan angka Romawi (I, II,III LI).
+ LBD selau mempunyai angka Arab dan Romawi. Contoh : LP No. 47[XLI atau SHEET No. 47/XLI.
+ Lembar peta selalu diben huruf, dan huruf itu terpisah dari nomor LBDnya dengan gar's mendatar. Contoh: LP No. 47/XLI - B.

c. Pada uraian diatas disebutkan bahwa garis bujur 0° Jakarta selalu membagi dua buah LBD. Maka untuk lembar peta lainnya selalu dapta dihitung berapa derajat atau menit letak lembar peta itu dan' bujur 0° Jakarta

Contoh: Lembar Peta No. 39/XL - A terletak diantara garis 7" dan 70 10' LS serta 0° 40' dan 0° 50' Timur Jakarta. Kita harus selalu menyebutkan Lembar Peta tersebut terletak di Barat atau Timur dan' Jakarta.

d. Pada Lembar Peta skala 1 : 50.000, LBD-nya dibagi menjadi 4 bagian. Tetapi untuk peta skala 1 : 25.000, 1 LBD-nya dibagi menjadi 16 bagian dan diberi huruf a sampai q dengan menghilangkan huruf j

e. Mencari batas Timur dan Selatan suatu Sheet atau Lembar Peta.

Contoh:

+ Batas Timur dari bujur 0" Jakarta adalah 47/3 X I = 15" 40' Timur Jakarta atau 15° 40' - 12° = 3° 40' BT Jakarta (batas paling Timur Sheet B).

+ Batas Selatan dan 0° Khatulistiwa adalah 47/3 : 1 = 13" 40' atau 13° 40' 6" = 7° 40' LS. Karena terlatak pada Lembar Peta B dalam 1 LBD, maka dikurangi 10'. Sehingga didapat : 7° 40' - 10' = 7" 30' LS

f. Mencari nomor Lembar Peta atau Sheet. Batas Timur Jakarta = 15" 40', sedang batas Selatan adalah 7" 30' LS. + Jumlah LBD ke Timur = 15° 40' X 3 X 1 LBD = 47 LBD + Jumlah LBD ke Selatan 13" 40' X 3 x 1 LBD = 41 LBD (XLI)

g. Mencari suatu Posisi/Lokasi Contoh : sebuah pesawat terbang jatuh pada koordinat.- 110° 28' BT dan 7° 30' LS. Cari nomor Lembar Petanya Caranya adalah

+ 110° 28' - 94" 40' = 15" 48'

15° 48' X 3 = 47t' 24' (batas paling Timur)

+ 60 + 7" 30' = 13" 30'

130 30' X 3 = 40° 30' (batas paling Selatan)

h. Perhitungan di Koordinat Geografis.

+ CARA I

Luas dari I Sheet peta adalah 10' X 10', seluas 18,55 km X 18,55 km pada peta 1 - 50.000. Sehingga di dapat (10 X 60 - 18,5 5) - 20 = 1,617, dibulatkan menjadi 1,62 (sebagai konstanta). Misal peta yang digunakan peta Sheet No. 47/XLI - B

Triangulasi T. 932 terletak pada : 46 mm dari Timur dan 16 mm dari Selatan.

1915

Posisi Sheet 47/XLI - B

1060 48` 27,79" + 30 40' = 110° 28' 27,79"

Dari Timur: 46 mm X 1,62 = 1' l4°52"

1100 28' 27,79" BT - 1' 14,52" = 110° 27' 13,27" BT

(dikurangi karena semakin mendekati ke titik Jakarta).

Dari selatan : 16 mm X 1,62 = 25,92"

7° 30' LS - 25,92" = 7f' 29' 34,08" LS (dikurangi karena semakin mendekati equator).

Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat: 110° 27' 13,27" BT dan 7° 29' 34,08" LS. 1915

Untuk penggunaan peta 1 : 25.000, cara penghitungannya sama, hanya konstantanya diubah menjadi 0,81, yang didapat dari :

{(5 X 60) : 18,55 1 : 20 = 0,808, dibulatkan menjadi 0,81

Luas dari 1 Sheet peta skala 1 : 25.000 adalah 5' X 5'

+ CARA II

Dari Timur : 46 mm = (46 : 37,1) X 60 = 1 ' 14,39"

110° 28' 27,79" BT - 1' 14,39" = 11 Of' 27' 13,40" BT

Dari Selatan: 16 mm = (16 :37,1) X 60 = 25,87"

7° 30' LS - 25,87" = 7t' 29' 34,13" LS

Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat : I I0'' 27' 13,40" BT dan 7° 29' 34,13" LS. 1915

Pada hasil perhitungan Cara I dan Cara II terdapat selisih 0,13" untuk BT dan 0,05" untuk LS. Hal ini tidak jadi masalah karena masih dalam batas toleransi dan koreksi, yaitu kurang dari 1,00".

Untuk penggunaan peta 5' X 5', 10' X 10' dan 20' X 20' tetap menggunakan pembagi 37,1. Sebaliknya, Jika ada laporan dengan koordinat gralicule, maka cara menentukan lokasinya pada peta adalah (Contoh) "Satu unit SRU menempati sebuah lokasi dengan koordinat 110° 27' 13,27" BT dan 7° 29' 34,08" LS, tentukan lokasi SRU tersebut pada peta Sheet No. 47/XLI - B" JAWAB : Posisi peta 47/XLI -B : 110° 28' 27,79" BT sehingga 110° 27, 13,27" BT 1 10 "27' 13,27 1' 14,52" - 74,52"

74,52" : 1,62 = 46 mm dari timur, dan ukurlah dengan penggaris Batas Selatan : 7°30' sehingga didapat 7030' LS -7029' 34.08" = 25.92" 25,92" : 1,62 = 16 mm dari selatan dan ukurlah dengan penggaris Titik perpotongan kedua garis tersebut adalah lokasi dari SRU yang dimaksud, yaitu 46 mm dari sisi timur dan 16 mm dari sisi selatan berada di sekitar Triangulasi T.932

Menggunakan Peta



1. Koordinat titik awal (A)
2. Koordinat titik tujuan (B)
3. Sudut peta antara A - B
4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A - B
5. Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A -B.

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah

* Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.
* Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta.
* Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum.
* Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
* Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
* Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan landai, berpindah punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lain-lainnya.
* Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan sebenarnya

F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA

Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Bum berada pada koordinat titik A (3986 : 6360) + 1400 m dpl. SMC memerintahkan Tim Buni agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 mdpl.

Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :

* Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimuali dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
* Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A - T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0" -360°) searah putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T.
* Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipaharni betul bentuk garis garis kontur.


Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh :

+ Kemiringan lereng
+ Panjang lintasan
+ Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).
+ Keadaan cuaca rata-rata.
+ Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam).
+ Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.

G. MEMBACA KOORDINAT

Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:

1. Cara Koordinat Peta

Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan koordinat ini menggunakan:

a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461)
b. Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614)

2. Cara Koordinat Geografis

Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 4$' 27,79". Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelum berjalan catatlah:
el_vierda
08-01-2010, 09:31
H. SUDUT PETA

Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam.

Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0° - 360°).
Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan.

Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut kompasnya AZIMUTH : SUDUT KOMPAS

BACK AZIMUTH : Bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila sudut kompas < 1800 maka sudut kompas ditambah 180°.

Memahami Peta Topografi

MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI

A. MEMBACA GARIS KONTUR

1. Punggungan Gunung

Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U, dimana Ujung dari huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek dari kontur di atasnya.

2. Lembah atau Sungai

Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) dengan Ujung yang tajam.

3. Daerah landai datar dan terjal curam

Daerah datar/landai garis kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat.

B. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR

Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:

1. Carl dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.
2. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).
3. Hitung jumlah kontur antara A dan B.
4. Bagilah selisih ketinggian antara A - B dengan jumlah kontur antara A - B, hasilnya adalah Interval Kontur.

C. UTARA PETA

Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah arah utara peta tersebut. Selanjutnya lihat Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut.

D. MENGENAL TANDA MEDAN

Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:

1. Lembah antara dua puncak
2. Lembah yang curam
3. Persimpangan jalan atau Ujung desa
4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak
5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain.

Untuk daerah yang datar dapat digunakan:

1. Persimpangan jalan
2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain-lain.

Orientasi Arah Utara

Orientasi Arah Utara

Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis.

Tiga arah utara tersebut adalah:

a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.

b. Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.

c. Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah separuh), yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan oleh pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan.

Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan sudut, antara lain:

a. Penyimpangan sudut antara US - UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalah Utara Sebenarnya (US).

b. Penyimpangan sudut antara US - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yanmg menjadi patokan adalah l Utara sebenarnya ((IS).

c. Penyirnpangan sudut antara UP - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Utara Peta-Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah Utara Pela f71').

8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian

Garis kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi.

Sifat-sifat garis kontur, yaitu'.

a. Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu sama lain dan tidak akan bercabang.
b. Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar.
c. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama
d. Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal.
e. Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90°.
f. Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah satu sama lain. Pelana yang terdapat diantara dua gunung besar dinamakan PASS.

9. Titik Triangulasi

Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi Titik Triangulasi adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Macam-macam titik triangulasi

a. Titik Primer, I'. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340
c. Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975
d. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl. 875
e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670
f. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl. 7202
g. Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl. 1993

10. Legenda Peta

Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur yang dibuat oleh manusia maupun oleh alam. Legenda peta yang penting untuk dipahami antara lain:

a. Titik ketinggian
b. Jalan setapak
c. Garis batas wilayah
d. Jalan raya
e. Pemukiman
f. Air
g. Kuburan
h. Dan Lain-Lain

Dasar-dasar Navigasi

Navigasi adalah pengetahuan untuk mengetahui keadaan medan yang akan dihadapi, posisi kita di alam bebas dan menentukan arah serta tujuan perjalanan di alam bebas.

Pengetahuan tentang navigasi darat ini meliputi
1. Pembacaan peta
2. Penggunaan kompas
3. Penggunaan tanda-tanda alam yang membantu kita dalam menentukan arah

Pengetahuan tentang navigasi darat ini merupakan bekal yang sangat penting bagi kita untuk bergaul dengan alam bebas dari padang ilalang, gunung hingga rimba belantara. Untuk itu memerlukan alat-alat seperti
1. Peta topografi
2. Penggaris
3. Kompas
4. Konektor
5. Busur derajat
6. Altimeter
7. Pensil

PETA TOPOGRAFI

Peta adalah gambaran dari permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu sesuai dengan kebutuhan. Peta digambarkan di atas bidang datar dengan sistem proyeksi tertentu. Peta yang digunakan untuk kegiatan alam bebas adalah Pete Topografi.

Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang datar tentang seluruh atau sebagian permukaan bumi yang terlihat dari atas dare diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta ini bisa diperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk Garis-Garis Kontur.

Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya, yaitu:

1. Judul Peta, Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang menonjol.

2. Keterangan Pembuatan, Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah dari peta.

3. Nomor Peta (Indeks Peta), Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.

4. Pembagian Lembar Peta, Adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah yang lebih luas.

5. Sistem Koordinat, Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat.

Macam koordinat adalah:

a. Koordinat Geografis

Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang (LU dan LS) atau koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit dan detik. Misal Co 120° 32' 12" BT 5° 17' 14" LS.

b. Koordinat Grid

Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan.

c. Koordinat Lokal

Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis-garis faring seperti grid pada peta.

Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistern koordinat ini adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan sering membingungkan, karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya. Misal: 72100 mE dibaca 21, 9° 9700 mN dibaca 97, dan lain-lain.

6. Skala Peta

Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau lapangan. Rumus jarak datar dipeta dapat di tuliskan --> JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN

Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis). Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya.

Orientasi medan tanpa peta dan kompas



Orientasi medan tanpa peta dan kompas

Bila kita berada di alam bebas tanpa membawa peta dan kompas, kita dapat menggunakan tanda-tanda alam untuk menunjukkan arah perjalanan kita, diantaranya adalah
a. Matahari. Hanya dapat digunakan pada slang hari, yaitu mengetahui arah barat dan timur
b. Bintang. Pada malam hari dapat menggunakan bintang untuk mengetahui arah perjalanan kita, antara lain Bintang Pari menunjukkan arah selatan Bintang Orion menunjukkan arah timur dan barat
c. Tanda-tanda lain Tanda-tanda lain yang dapat digunakan antara lain Kuburan orang Islam membujur kearah utara - selatan Masjid menghadap kearah barat – timur

TEKNIK CONTOURING

Contouring dapat diartikan dengan salah satu penerapan ilmu medan peta yaitu menempuh perjalanan tanpa menggunakan kompas. Dalam melakukan teknik contouring dituntut untuk lebih teliti dalam pengamatan medan. Karena jika kita sudah salah menentukan posisi dengan contouring maka akan mempersuli perjalanan kita dan mungkin akan tersesat.

Jika kita di lapangan dengan membawa peta maka teknik contouring dapat dilakukan, dengan mengamati bentukan dengan acuan arah KAKIBATAS (Kanan, Kiri, Bawah, Atas).

Tanda-tanda medan yang dapat digunakan adalah

+ Puncak-puncak bukit
+ Bentukan sungai
+ Punggungan bukit dan terjal/landainya bukit
+ Percabangan sungai
+ Patahan tebing
+ Waterfall (air terjun)

Untuk selalu dapat berhasil melakukan teknik ini adalah dengan selalu berlatih di lapangan yang sebenarnya. Yang perlu dicamkan adalah :"Tentukan secara pasti titik awal keberangkatan, menghitung jarak tempuh dan selalu menghitung ,sudah berapa kali kita menyeberangi sungai atau lembah atau berpindah punggungan bukit".
TEKNIK PASSING KOMPAS

Teknik ini sering digunakan dalam rnelakukan sebuah operasi SAR. Teknik ini lebih mudah dilakukan pada medan yang landai dan luas, digunakan pula untuk mengatasi rintangan yang menghalangi perjalanan kita, misal sungai atau jurang.

Cara melakukan passing kompas adalah

+ Tentukan titik (lokasi) yang menjdi tujuan kita, pada peta.
+ Ilitung sudut peta dengan kompas dari titik awal kita menuju titik tujuan dan tentukan pula back azimuthnya.
+ Perintahkan satu atau dua orang rekan kita untuk menuju arah bidikan kompas sebatas pandangan mata.
+ Kemudian anda bergerak ke depan rekan anda dan melakukan hal yang sama dengan point ketiga.
+ Postsi jarum kompas harus selalu berimpit dengan N dan S (Utara dan Selatan).

Teknik ini sering digunakan untuk mengatasi rintangan yang menghalangi perjalanan kita, misal jurang, sungai, dil. Yang utama adalah menentukan arah bidikan dan mengirimkan rekan sebagai pionir pencari jalan, dengan catatan tidak terlepas dari jangkauan rnata dan segera menempati arah bidikan kompas.

Orientasi Peta



Orientasi Peta
Sebelum masuk daerah operasi, terlebih dahulu anda harus mengenal tanda medan yang nantinya akan anda jumpai di lapangan. Tanda medan itu dapat di interpretasikan di peta yang nantinya akan dipergunakan, misal : titik ketinggian dan nama punggunungan, sungai, jurang dan lain-lain (dapat tanya penduduk).

Perlu diperhatikan dan diingat, bahwa tanda medan akan berubah bentuknya bila dilihat dari titik kedudukan yang berlainan, maka dalam hal orientasi perlu hati-hati. Orientasi Peta adalah meng-Utara-kan peta atau dengan kata lain menyesuaikan letak peta dengan bentang alam yang kita hadapi. Hal ini merupakan cara/prosedur yang pertama kali harus dilakukan bila kita akan melakukan orientasi peta dan medan, langkahnya adalah:

a. Carilah tempat terbuka, sehingga tanda-tanda medan terlihat dengan jelas.
b. Buka dan letakkan peta pada bidang datar.
c. Setelah kompas 0" atau 360" , dan diatas peta yang posisi sejajar dengan garisgaris bantu orientasi pada kompas dengan sumbu Y peta,
d. Putar peta (jangan merubah posisi kompas) dan hentikan bila grid/sumbu -r peta sudah segans dengan jarurn kompas. Dengan demikian letak peta telah sesuai dengan arah utara (meng-utara-kan peta).
e. Cari tanda moment yang paling menonjol, kemudian cocokkan dengan peta dan beri tanda.

**Cari tanda medan sebanyak mungkin sehingga anda sudah mulai paham dengan daerah tersebut dan sudah dapat memperkirakan posisi anda di peta.

B. Orientasi Medan
Merupakan cara untuk membaca kenampakan medan dan disesuaikan dengan peta, juga untuk mengetahui arah dan posisi kita di lapangan. Ada dua cara orientasi medan, yaitu:

1. Orientasi medan dengan kompas

Untuk mengetahui posisi kita saat berada di alam bebas, yang penting untuk dilakukan adalah menentukan arah mata angin (U,S,B dan T), lalu menentukan arah utara peta. Setalah itu menentukan posisi kita dengan pasti. Ada 2 cara yang dapat digunakan untuk menentukan posisi kita, yaitu

a. Resection
Adalah menentukan posisi kita pada peta, langkahnya adalah

- Lihat dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di lapangan, seperti puncak bukit, pegunungan, tikungan potong, sungai ataupun tebing.
- Lakukan orientasi (sesuai dengan bentang alam), kemudian cocokkan dengan peta. Bidikkan kompas dari posisi anda berdin ke salah satu tanda medan yang terlihat dan dikenal, baik di peta maupun di medan. Misalkan tanda medan adalah puncak bukit X, dengan sudut kompas sebesar 130°, maka sudut peta adalah 130° + 180° = 310° (Back A.: imuth)
- Dengan menggunakan busur derajat dan penggaris, polakanibuatlah garis dari titik sasaran dengan acuan besar sudut peta.
- Lakukan hal yang sama dengan titik kedua, misal Y. Bila kita melakukannya benar maka akan didapalkan tititk perpotongan antara kedua garis tersebut.
- Titik perpolongan itulah posisi kita di peta.
Resection dapat pula dilakukan hanya dengan satu tanda medan atau titik ketinggian, bilamana kita berada pada tepi jurang, tepi sungai, jalan setapak yang ada di peta atau di garis pantai, dan sebagainya.

b. Intersection
Adalah menetukan posisi orang lain/tempat lain, langkahnya adalah: Lihat dan perhatikan tanda medan yang mudah dikenal di lapangan, seperti puncak bukit, pegunungan, tikungan potong, sungai ataupun tebing.

Materi Dasar Pecinta Alam


Dasar Peta dan Kompas untuk Orientasi Medan
Dasar dasar Navigasi
Daftar Peralatan Backpacking
Cara Menyusun Peralatan ke dalam Backpack (kerir)[Packing]
Cara Menyusun Perbekalan
Survival Guide 1
Survival Guide 2-5
Sandi
Tali Temali dasar
Semboyan dan Kode Etik Pecinta Alam
Prinsip LEAVE NO TRACE
Survival yang lebih singkat (rangkuman)
Tips BAB di gunung... hehehe
Mengenali Tanaman beracun
Bivak
AIR
DASAR-DASAR PETA DAN KOMPAS untuk Orientasi medan
diambil dari MyQpala dot orgl (http://myquran.org/forum/index.php/topic,708.0.html)
Ada banyak macam kompas yang dapat dipakai dalam kegiatan di alam, tentunya masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Macam kompas yang digunakan antara lain : Kompas Prisma, Kompas Lensa dan Kompas Silva (Kompas Orientasi).
Namun pada dasarnya fungsi kompas adalah sama, yaitu
1. Mengetahui arah
2. Membidik sasaran
Kompas yang digunakan untuk navigasi :
1. Kompas Lensa
Kompas Lensa merupakan kompas yang dilengkapi dengan lensa biconcav untuk mempermudah dalam pembacaannya. Bahan lensa ini dapat dari logam maupun dari fiber.
Kelebihan dari lensa ini adalah:
+ Keringanannya sehingga mudah untuk dibawa dan digunakan, selain harganya yang cukup murah.
+ Memiliki pengait untuk memudahkan dalam mendatarkan kompas.
Kekurangannya adalah:
+ Piringan kompas mudah sekali bergerak sehingga mempersulit kita dalam penghitungan besar sudut kompas.
+ Skala pada kompas tiap strip rnewakili dua skala, validitas pengukuran besarnya sudut kompas kurang, terutama untuk pengukuran sudut kompas dengan angka ganjil, pengukurannya berdasarkan perkiraan saja.
2. Kompas Silva
Kompas ini sering disebut juga Kompas Orientasi, ini disebabkan oleh kemudahan penggunaan kompas ini untuk orientasi medan. Kompas ini memiliki tanda panah penyesuai yang terdapat di dasar piringan kompas, dilengkapi pula dengan cermin. Selain itu disekitar piringan kompas terdapat konektor dan penggaris.
Kelebihannya adalah :
+ Memiliki cermin untuk memudahkan dalam pembacaan dan pembidikan
+ Dilengkapi dengan penggaris (dalam cm dan inchi).
+ Untuk jenis tertentu memiliki kaca pembesar dan konektor untuk peta berskala I : 50.000 dan I : 25.000.
+ Untuk jenis tertentu dilengkapi dengan lensa pembidik.
+ Dapat digunakan untuk mengukur besar sudut peta (pengganti busur derajat).
Kekurangannya adalah:
+ Untuk membuat kompas terdebut datar kita harus menggunakan alat bantu yang datar.
+ Bila membidik besar sudut kornpas tidak dapat langsung diketahui.
3. Kompas Prisma
http://www.ortekltd.com/images/Ortcompass.jpg
Kompas ini memiliki prisma pada bagian dekat pengait. Kompas ini terbuat dari bahan logam, dengan jarum kompas mengandung zat phosphoric yang akan memudahkan pembacaan sudut bila pada atempat gelap.
Kelebihannya adalah:
+ Besar sudut bidikan bisa langsung di baca melalui prisma.
+ Dapat langsung diketahui azimuth dan back azimuthnya.
+ Mudah digunakan, mudah didatarkan.
Kekurangannya adalah
+ Terbuat dari logam sehingga berat.
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Sebelum Menggunakan KOMPAS
1. Set semua kompas yang akan dipakai (seragamkan dengan kompas yang standar). Untuk checking yang paling mudah yaitu kita pergi ke titik Triangulasi, dengan catatan daerah tersebut telah kita ketahui SPM-nya (misal 0° 00' 00").
Plot salah satu tanda medan yang terlihat jelas dari Triangulasi dan juga terdapat di peta, catat besar sudut petanya, misal 50'.
Untuk kompas standar, besar sudut kompas bila kita membidik tanda medan tersebut dan' titik Tnangulasi juga harus sebesar 50'. (Catatan : Cara kita membidik dan plotting sudah benar).
2. Perhatikan angka-angka pembagian derajat yang terdapat pada piringan kompas (untuk keseragaman sebaiknya menggunakan kompas dengan pembagian derajat sampai 360°). Bila kita menggunakan kompas dengan pembagian derajat 6400,
maka di lapangan kita harus menghitung lagi.